Dari TKI di Korea Jadi Duta Pertanian Nasional: Bukti Alumni UT Tak Kalah Saing! 

·

·

Dari ladang melon di Desa Sumberejo, Blora, Jawa Tengah, langkah besar ditempuh seorang anak muda bernama Adi Latif Mashudi. Alumni Universitas Terbuka (UT) ini baru saja dikukuhkan sebagai salah satu dari 26 Duta Petani Muda dalam ajang Young Ambassador Agriculture (YAA) 2025 yang digelar Kementerian Pertanian (Kementan) di Ciawi, Bogor. 

Nama Adi tak hanya harum di kampung halamannya, tapi kini menggema secara nasional sebagai inspirasi bagi generasi muda di sektor pertanian. Pria yang pernah merantau hingga ke Korea Selatan ini kini pulang kampung membawa ijazah UT ini  membuktikan bahwa bertani bukanlah pilihan terakhir, melainkan masa depan yang cerah jika ditekuni dengan serius dan inovatif. 

“Alhamdulillah, saya bisa membawa nama baik Kabupaten Blora dan mendapat kesempatan menjadi salah satu grand finalis dari program Young Ambassador Agriculture 2025,” ujar Adi dengan mata berbinar saat ditemui di greenhouse melon miliknya, Sabtu (3/5/2025). 

Perjalanan Adi tak serta merta mulus. Ia bersaing dengan 615 peserta lain dari seluruh Indonesia untuk bisa lolos ke program yang merupakan bagian dari Youth Entrepreneurship and Employment Support Service (YESS) milik Kementan. Setelah melalui proses administrasi dan seleksi ketat, hanya 50 yang melaju ke grand final, dan 26 di antaranya dikukuhkan sebagai duta, termasuk Adi. 

Status barunya sebagai Duta Petani Muda membawa tanggung jawab besar. Adi dan rekan-rekan seangkatannya akan menjadi motor penggerak dalam mendorong pertanian Indonesia ke arah yang lebih modern, berdaya saing, dan melibatkan generasi muda

“Ada tiga tugas utama yang kami emban. Pertama, mendorong peningkatan komoditas ekspor. Kedua, terlibat aktif dalam program Brigade Pangan. Ketiga, walaupun kami bukan bagian langsung dari wilayah program YESS, kami tetap harus mendukung Koperasi Merah Putih,” jelasnya. 

Kini, Adi mengelola Agrowisata Petik Buah Girli Smart Ecosystem Farming di kampung halamannya. Lahan ini bukan hanya tempat bercocok tanam, tetapi juga ruang edukasi dan wisata yang membuka mata banyak orang bahwa pertanian bisa dikembangkan secara kreatif dan menguntungkan. 

Cerita Adi tidak bisa dilepaskan dari masa lalunya sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Korea Selatan. Selama enam tahun di sana, ia tak hanya bekerja keras, tetapi juga menyelesaikan studi S1 Prodi Manajemen Universitas Terbuka, yang saat itu bermitra dengan universitas lokal di Korea. 

Langkah itu menjadi titik balik. Ia membawa pulang bukan hanya tabungan, tapi juga pengetahuan dan semangat baru untuk membangun daerahnya lewat pertanian modern. 

Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) UT,  Dr. Meirani Harsasi, S.E., M.Si. dalam kesempatan terpisah menyampaikan apresiasinya, “Kami bangga terhadap capaian alumni kami, Adi Latif Mashudi. Ini bukti bahwa pembelajaran daring dan terbuka yang ditawarkan UT mampu membekali mahasiswa, termasuk mereka yang berada di luar negeri, dengan kompetensi yang relevan dan berdampak nyata bagi masyarakat” ujar beliau. 

Kisah Adi Latif Mashudi menjadi bukti nyata bahwa alumni Universitas Terbuka memiliki kiprah besar di masyarakat. Pendidikan terbuka dan jarak jauh tak menghalangi siapa pun untuk mencetak prestasi, bahkan dari ladang melon di pelosok Blora. 



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *