Perjalanan hidup seseorang sering kali penuh dengan tantangan, tetapi bagi mereka yang memiliki tekad kuat, tidak ada halangan yang terlalu besar untuk dilalui. Kisah inspiratif ini datang dari Dr. H. Jamhari, S.Pd., M.A.P., seorang anak tukang becak dari Bondowoso yang berhasil meraih gelar doktor dan menjadi pakar dalam bidang pemilu. Keberhasilannya membuktikan bahwa pendidikan adalah kunci utama dalam mengubah nasib, dan Universitas Terbuka (UT) menjadi salah satu pilar penting dalam perjalanan akademiknya.
Jamhari lahir dalam kondisi ekonomi yang terbatas. Sejak kecil, ia sudah terbiasa menghadapi berbagai kesulitan.
Ibunya selalu berpesan, “Saya tidak punya apa-apa nak untuk diwariskan, hanya ujung pena yang mampu mengantarkanmu menjadi orang sukses.”
Kalimat ini menjadi api semangat yang membawanya meniti jalan pendidikan meski penuh tantangan. Untuk membantu keluarganya, Jamhari bekerja serabutan sejak usia dini, bahkan pernah berjualan koran di Jember demi membiayai pendidikannya. Namun, keterbatasan ekonomi tidak membuatnya menyerah
Pendidikan formalnya dimulai di SDN Mandiro 1 Tegalampel Bondowoso, berlanjut ke MTs Negeri Jember 2, lalu MAN Bondowoso. Ketekunan dan semangat belajarnya membuatnya bisa melanjutkan kuliah di STKIP PGRI Situbondo jurusan Pendidikan Ekonomi.
Tak berhenti sampai di situ, ia melanjutkan pendidikannya ke jenjang magisternya di UT, mengambil program Magister Administrasi Publik. Pilihan kuliah di UT bukan tanpa alasan. Sebagai pelopor pendidikan jarak jauh berbasis teknologi, UT memberikan fleksibilitas bagi siapa saja yang ingin melanjutkan pendidikan tanpa harus meninggalkan pekerjaan atau tanggung jawab lainnya.
Berbekal ilmu yang ia dapatkan di UT, Jamhari semakin berkembang dalam kariernya. Ia mengawali profesinya sebagai guru di berbagai sekolah di Berau, kemudian diangkat menjadi kepala sekolah, hingga akhirnya menduduki berbagai posisi strategis di Dinas Pendidikan serta Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Berau. Pengalamannya dalam dunia pendidikan dan kepemiluan membuatnya tertarik untuk meneliti peran Bawaslu dalam menjaga demokrasi yang bersih dan adil.
Perjalanan akademiknya berlanjut hingga jenjang doktoral di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya. Disertasi doktoralnya mengangkat isu krusial: bagaimana Bawaslu menangani pelanggaran dalam Pilkada Serentak 2020. Jamhari pun memberikan rekomendasi konkret untuk memperkuat sistem demokrasi di Indonesia, seperti pembentukan peradilan ad hoc khusus Pilkada dan penguatan kewenangan Bawaslu dalam melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap pelanggaran pemilu. Ia pun ingin terus mengembangkan kajian akademisnya dalam bidang ilmu administrasi dan kebijakan pemilu, serta berkontribusi dalam perbaikan sistem pemilu yang lebih transparan dan adil.
Kisah Jamhari membuktikan bahwa tidak ada yang mustahil bagi mereka yang memiliki tekad dan semangat belajar yang tinggi. Ia juga menjadi bukti nyata bahwa ijazah UT diakui oleh berbagai institusi pendidikan dan pemerintahan, membuka peluang lebih luas bagi siapa saja yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi hingga ke jenjang S2 dan S3.
UT bukan sekadar tempat kuliah fleksibel, tapi juga jembatan bagi siapa saja yang ingin meniti jenjang akademik lebih tinggi. Dengan sistem pembelajaran jarak jauh berbasis teknologi dan diakui secara global, lulusan UT memiliki kesempatan luas untuk berkarier maupun untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, baik di dalam maupun luar negeri.
Jangan biarkan keterbatasan menjadi penghalang dalam meraih impian. Mulailah perjalanan pendidikanmu dengan Universitas Terbuka!
Leave a Reply